Surga Bukan Cerita dan Indonesia Memang Surga

Bismillahirrahmanirrahim... Alhamdulillah... Cerita dibawah ini memang harus kita renungkan dan kemudian kita ambil hikmahnya. Cerita ini diambil dari jejaring sosial yang terkadang sulit untuk menemukan sumbernya. Namun mudah-mudahan cerita ini bukanlah cerita bohong. Seandainya bohong, penulis mohon ma'af sebelumnya. Penulis hanya tertarik dengan alur cerita yang menunjukan kenikmatan dari Allah SWT untuk Indonesia. Sungguh tak terhingga...


Surga Bukan Cerita dan Indonesia Memang Surga


Musim dingin, ketika salju turun, di Eropa atau Amerika Utara, suhu bisa mencapai minus 40 derajat celsius. Artinya, kulkasmu masih lebih hangat.

Itulah saat semua tetumbuhan “mati”, kecuali pohon cemara. Itulah saatnya darahmu bisa berhenti menjadi es ketika kamu keluar rumah tanpa pakaian khusus.

Musim salju adalah ketika manusia bertahan hidup dan beraktivitas yang mungkin, tanpa bisa berjalan jika tak ada bantuan peralatan dan teknologi. Tanpa itu, mati kedinginan. Dan ada satu periode dimana salju berbentuk badai. Badai salju. Terbayang apa yang bisa dilakukan selain bertahan hidup di ruangan berpemanas.


Padang pasir. Begitu keringnya sampai-sampai manusia yang berdiam disana membayangkan sungai-sungai yang mengalir sebagai surga.

Hanya ada beberapa jenis pohon yang bisa hidup dalam suhu bisa diatas 40 derajat celcius. Keringatmu bisa langsung menguap bersama cairan tubuhmu.  Dan keberadaan air adalah persoalan hidup mati. Sungguh bukan minyak.

Saya sungguh tidak mengerti ketika ada orang yang masih belum percaya bahwa Indonesia itu serpihan surga.

Cobalah kamu bercelana pendek, pakai kaos dan sandal jepit jalan-jalan di Kanada ketika musim dingin. Atau jalan-jalan dipadang pasir. Dijamin mati.

Disini, di negaramu, kapan saja, mau siang mau malam kamu bisa jalan-jalan kaosan tanpa alas kaki. Mau hujan mau panas, selamat.

Di Eropa Amerika paling banter kamu akan ketemu buah-buahan yang sering kamu pamer-pamerkan. Apel,  anggur,  sunkist,  pier, dan semacamnya. Di Timur tengah paling kamu ketemu kurma, kismis, kacang arab, buah zaitun, buah tin.

Di Indonesia, kamu tak akan sanggup menyebut semua jenis buah dan sayuran, umbi-umbian, kacang-kacangan, bunga-bunga, rempah-rempah, saking banyaknya.

Di Amerika Eropa, kamu akan ketemu makanan. Lagi lagi sandwich, hot dog, hamburger. Itu-itu saja yang divariasi. Paling banter steak, es krim, keju. Di Timur tengah? Roti. Daging dan daging.

Di Indonesia? Dari Sabang sampai Merauke, mungkin ada ratusan ribu varian makanan. Ada puluhan jenis soto, varian sambal, olahan daging, ikan dan ayam tak terhitung macamnya. Setiap wilayah ada jenisnya.  Kue basah, kue kering ada ribuan jenis. Varian bakso saja sudah sedemikian banyak. Belum lagi singkong, ketan, gula, kelapa bisa menjadi puluhan jenis nama makanan.

Dan tepian jalan dari Sabang sampai Merauke adalah garis penjual makanan terpanjang di dunia. Saya pun tidak berhasil menghitung jumlah penjual makanan, bahkan hanya dari Kemayoran ke Cempaka Putih.

Di Indonesia, kamu bebas mendengar pengajian, sholawatan, dang dut koplo, konser rock, jazz, gamelan dan ecrek-ecrek orang ngamen. Di Eropa, Amerika, dan Timur tengah belum tentu kamu bisa menikmati kecuali pakai head set.

Saya ingin menulis betapa surganya Indonesia dari segala sisi. Hasil buminya, cuacanya, orang-orangnya yang cerdas-cerdas kreatif dan bersahabat. Budayanya, toleransinya, guyonannya, keindahan tempat-tempat wisatanya dan seterusnya. Saya tidak mungkin mampu menulis itu semua meskipun jika air laut menjadi tintanya.

Hikmah apa yang bisa kita ambil dari cerita diatas?

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar-Rahman [55] )

"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (QS. Ibrahim [14] : 34)

Comments